...dan bibir Abang pun berdarah Oleh-nya

Sabtu, 19 November 2011

0 komentar
Timnas U-23 Picture from www.antaranews.com
Setiap malam warung kopi itu selalu ramai. Malam ini pengunjungnya lebih ramai dari malam-malam biasa. Karena banyak yang ingin menyaksikan pertandingan Tim Nasional Indonesia U-23 berhadapan dengan Tim Nasional Malaysia di Gelora Bung Karno.

Fa’iq, lelaki berkulit sawo matang dengan model rambut cepak dan kacamata minus. itu duduk dikursi paling dekat dengan televisi. Dia hanya diam, menyaksikan dengan khusyu setiap gerak langkah pemain merah putih. Berbeda dengan para penonton lainnya yang selalu riuh mengomentari aksi para pemain di lapangan hijau.

Hanya kata “Aduh!” yang selalu terucap dari bibirnya sambil menepuk pelan lutut atau menggaruk kepala. Seperti merasakan kesakitan saat melihat Ferdinand Sinaga gagal memanfaatkan peluang untuk mencetak gol, kekalahan Yongki dalam duel diudara atau kontrol bola yang kurang cermat.
#          #          #

Tinggal di pemukiman padat penduduk yang kumuh. Rata-rata warganya bekerja sebagai kuli panggul dipelabuhan dan nelayan kecil yang lebih banyak bekerja menggunakan otot daripada otak. Di mata mereka Fa’iq hanyalah pemuda pengangguran. Karena setamat SMA Fa’iq tidak melanjutkan kuliah dan enggan mencari pekerjaan seperti kebanyakan anak muda lainnya. Sebenarnya dia sedang merintis usaha sendiri namun segala upayanya tidak pernah dipandang dan sering disepelekan. Bahkah oleh saudaranya sekalipun.

Fa’iq cukup memahami saudaranya yang hanya tamatan sekolah dasar, harus bekerja keras setiap hari untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Wajar bila mereka tidak bisa memahami pola pikirnya yang hidup di era modern dengan perkembangan teknologi. Dia ingin menciptakan perubahan agar kehidupan masyarakat disekitarnya bisa menjadi lebih baik. Tapi orang-orang tidak pernah memikirkan niat baiknya itu. Karena itu dia terus berusaha keras untuk membuktikan pada semua orang apa yang dilakukannya akan berhasil walau harus menerima dicela dan dihina.
#          #          #

Dibabak kedua. Gawang Timnas yang dijaga oleh Andritany sudah kebobolan satu gol. Warung kopi itu semakin riuh. Teriakan-teriakan yang terdengar bukan lagi sebagai bentuk dukungan melainkan cela dan hujatan kepada Titus Bonai dan kawan-kawan karena tidak bisa menciptakan gol balasan. Fa’iq masih duduk ditempatnya. Kakinya bergarak-gerak dan beberapa kali secara spontan menyepak kaki meja seakan ikut bermain di Gelora Bung Karno.

Memasuki masa injury time para penonton semakin pesimis. Timnas bisa menang. Peluit panjang ditiup wasit mengakhiri pertandingan dengan kekalahan Timnas Indonesia 0 – 1 dari Timnas Malaysia. Fa’iq bangkit dari duduk sambil meregangkan badan karena duduk terlalu lama dengan perasaan tegang. Wajahnya memerah menahan emosi dan kesedihan. Celaan dan hujatan kepada pemain Timnas semakin menjadi-jadi. Membuat seorang anak kecil menangis sedih. Mirisnya, tangisan anak berkostum merah putih itu malah menjadi bahan tertawaan

“Realistis dong kawan Timnas memang tidak ada apa-apanya! Haha....” ucap seseorang, disambut tawa oleh yang lainnya membuat tangis anak itu semakin keras.
“Bukk!!” Tiba-tiba Fa’iq melayangkan tinjunya ke wajah orang itu dan tidak lain adalah abangnya sendiri.

Membuat orang-orang terkejut dan langsung memisahkan keduanya.
“Tidak sadarkah abang! Ada darah kakek buyut yang muncrat terkena peluru saat mengusir penjajah dari negeri ini. Berjuang agar bisa menjadi bangsa yang merdeka!” Emosi Fa’iq meluap karena sikap abangnya yang berlebihan.
“Itu memang tidak pernah tercatat dalam sejarah bangsa ini tapi tak bisakah abang menghargainya?!”
“Iya aku tahu, tapi apa hubungannya dengan sepak bola?” menyeka darah yang mengalir dari bibirnya.
“Apa hubungannya dengan sepak bola? Ini pertandingan harga diri bangsa bang! Mestinya kita berikan dukungan penuh. Sampai kapan bangsa kita dipecundangi bangsa lain. Batas wilayah yang digeser, kekayaan budaya yang diklaim karena banyak warga bangsa ini yang berpikirnya seperti abang. Menginginkan kemenangan namun tidak bisa bersikap menang. Pesimis! hanya bisa menghujat tidak pernah menghargai mereka-mereka yang berjuang membawa nama baik bangsa ini.” Fa’iq mengusap butiran air matanya lalu melangkah meninggalkan warung kopi itu.

Menyisakan tatapan orang-orang yang seperti baru tersadarkan oleh hipnotis kerasnya hidup yang mereka jalani selama ini. End
Tembilahan Hulu, 18 Movember 2011 00.50
Tribute to TIMNAS U-23.

“Dibutuhkan lebih dari sekedar keinginan untuk berubah menjadi lebih baik. Melakukan perubahan berarti mengambil resiko untuk di cela, dihina bahkan dibenci. Seiring waktu dunia akan mengakuinya.”

Antologi Cinta Sepak Bola

Rabu, 13 Juli 2011

0 komentar
Telah terbit di LeutikaPrio!!!
Antologi Cinta Sepak Bola
(Antologi ketiga saya) 
Judul       : Antologi Cinta Sepak Bola
Penulis   : Rusmin Nuryadin, Annas Tupank, Jazim Naira Chand, Dang Aji, Tridju Pranowo, Itok Kurniawan, dkk
Tebal : vi + 124 hlmn
Harga : Rp. 32.400,-
ISBN : 978-602-225-020-3

Sinopsis: Sepak bola itu seperti cinta, tidak mengenal perbedaan. Ia bisa mempersatukan orang dari berbagai suku, agama, ras, dan antargolongan. Sepak bola pun juga bisa membuat seseorang lupa akan segalanya, gembira, marah, kesal. Namun, di balik itu semua, ia tetaplah sesuatu yang menyenangkan untuk diikuti, dan kehadirannya ternyata mempunyai seribu satu macam kisah menarik yang mewarnai perjalanan hidup seseorang.

Buku Antologi Kisah Cinta Sepak Bola ini dihadirkan untuk merangkum kisah-kisah nyata yang dialami oleh para penulis maupun orang di sekitarnya tentang haru-birunya persepakbolaan. Bahkan karena sifat fanatik terhadap olahraga sepak bola, ada seorang penggemarnya yang menjadikan sepak bola sebagai ibu, seluruh hidup dan baktinya tercurah hanya untuk si kulit bundar, yang akhirnya menjulang namanya meraih sebuah kesuksesan di dunia sepak bola.

Penulis Buku ini adalah:
1. Dang aji sidik
2. Tridju pranowo
3. Annas Tupank
4. Mz Janu
5. Yully Riswati
6. Kiki masduki
7. Muhimmah
8. Irna suliyati
9. Endang sri sulistya
10. Daniel Hermawan
11. Jaka tarub (Iroel)
12. Mieny Angel
13. Jazim Naira chand
14. Arieska Arief
15. Sri wahyuti
16. Epy Rusdiyanti
17. Andika Wandhana
18. Itok kurniawan
19. Aray Pujangga
20. Lucky andrea sanusi
21. Robin Wijaya
22. Rusmin Nuryadin

Ps : Buku-buku ini sudah bisa dipesan sekarang via website www.leutikaprio.com, inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU, atau SMS ke 0821 38 388 988. Untuk pembelian minimal Rp 90.000,- GRATIS ONGKIR seluruh Indonesia. Met Order,all!!!

Antologi Kisah Misteri Kelahiran dan Kematian

Selasa, 10 Mei 2011

0 komentar
Telah terbit di LeutikaPrio!!!
(Buku kedua saya)


Judul       : Antologi Kisah Misteri Kelahiran dan Kematian
Penulis   : Retno Adjie, dkk & Arista Devi, dkk
Tebal      : x + 226 hlmn
Harga     : Rp 47.900,-

Sinopsis:

Berpasang-pasangan, demikian apa yang sudah digariskan oleh penguasa alam semesta. Seperti Siang dan Malam, Gelap dan Terang, Kelahiran dan Kematian, kesemuanya merupakan sebuah takdir yang ditentukan untuk saling berdampingan. Sebenarnya masih banyak fenomena alam yang jika ditelusuri dan digali lebih dalam lagi akan mampu mempertebal keimanan dan senantiasa membuat kita menyadari akan kebesaran Sang Pencipta. Demikian pula yang ingin diketengahkan dalam buku bertema Misteri Kelahiran dan Kematian ini, para penulis di dalamnya berupaya menggali kejadian ganjil seputar proses kelahiran atau kematian seseorang yang berhubungan dengan alam gaib dan penghuninya.

Dalam buku ini pula dilengkapi dengan 44 kata hikmah yang dituliskan oleh Unsawan-Unsawati dari berbagai kota bahkan dari luar negeri, seputar kelahiran dan kematian yang jika Anda mengambil intisari kalimatnya akan mampu mempertebal keyakinan dan keimanan.

Ps : Buku ini sudah bisa dipesan sekarang via website www.leutikaprio.com, inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU, atau SMS ke 0821 38 388 988. Untuk pembelian minimal Rp 90.000,- GRATIS ONGKIR seluruh Indonesia. Met Order,all!!!

Lampiran:
PENULIS ANTOLOGI KISMIS KELAHIRAN DAN KEMATIAN 

PENULIS TEMA KEMATIAN :
  1. Catatan Kematian Olivia - Agus Budiawan
  2. Padang Kematian Untuk Aya - Kiandra Aesha
  3. Labirin Kematian - Novyarini
  4. Mengetuk Pintu Mati - Lonyenk Rap
  5. Dendam Kematian - Gea Julia
  6. Misteri Kematian Mak Iyang - Ragil Kuning
  7. Kematian Juragan Pesugihan - Syaque Hikaritokusaikizoku
  8. Kenapa Kau Harus Mati ? – Tri Lego
  9. Arista Devi

PENULIS TEMA KELAHIRAN :
  1. Yazmin Aisyah - BERANAK DALAM KUBUR
  2. Haris Firmansyah Hirawling - Ketika Cinta Beranak
  3. Hasudungan Rudy Yanto Sitohang - BERANAK SEHABIS HUJAN
  4. Sinatrya Mayapada - Beranak Sesosok Anak Bajang
  5. Rouzix Azahra - Misteri Rumah Sumur Beranak
  6. Aina A-Azmi – Beranak Jin
  7. Annas Tupank - Mati Beranak Karena  Pelasit
  8. Andhika Wandhana - Beranak Janin Yang Tersembunyi
  9. Nisa nuraeni  - Beranak Sang Penunggu Villa
  10. Reza Irwansyah – Beranak Dalam Lumpur
  11. Rofiq Hasansah - Setan Beranak Lumut
  12. Silvia Oktaresa – Beranak Berkepala Etawa
  13. Tien Tarmorejo – Perawan beranak Titipan Dendam
  14. Ratna Wulandari - Beranak bayi gondoruwo
  15. Ry Fitri - Setan Beranak
  16. Retno Adjie

44 PENULIS KATA-KATA MUTIARA PENUH HIKMAH TENTANG KELAHIRAN DAN KEMATIAN :
  1. Phoenix Wibowo (Bojonegoro)
  2. Muhammad Rasyid Ridho (Malang)
  3. Haris Firmansyah Hirawling (Cilegon)
  4. AnisaAe Kepompong, Kepanjen, Jatim.
  5. Nabilla Syarifatunnisa.
  6. Hendy Lazuardy Hendrawan (Balikpapan)
  7. ‎Shri N'chy Maharani (Karawang)
  8. Ugy Al Muzacky (Hongkong)
  9. Aina ( Palembang )
  10. Lucky Andrean Sanusi ( Riau )
  11. Karin Maulana (Hongkong)
  12. Maulana Usaid.
  13. Moedchuterz ( Payakumbuh)
  14. Endang Ssn ( Madura )
  15. Winwin (Ngawi)
  16. Tri Juni Ardhi (Pontianak)
  17. Sabil Ananda  (Bogor)
  18. April (Garut)
  19. Dedek  (Tangerang Selatan)
  20. Sarie (Sentani)
  21. Elsheeraknightvanrijkdom, Tegal.
  22. Evatya Luna
  23. Asni Januarti ( Palembang)
  24. Meizatety Qadarsih (Belitang)
  25. Nurman Arta (Mojokerto, Jatim)
  26. Mpok Mercy Sitanggang (Kebun Jeruk, Jakarta)
  27. Jaya Doank (Bengkulu)
  28. Zubeir Ibn Awwam el-Awwabi (Jakarta).
  29. Vera Yudita (Brebes-jateng)
  30. Putrie'nezza Caiyank (Cilacap-Jateng)
  31. Fa'anni Khoirusy Syaja'ah (Tulungagung, Jawa Timur)
  32. Atikah Yusrifa ( Bandar Lampung )
  33. Mera Wati (Kota Metro - Lampung)
  34. Atikah Yusrifa ( Bandar Lampung)
  35. Anindra Yudya Pradana.
  36. Aruel Pratama Yudistira ( Bogor, Jabar)
  37. Dina Layla.
  38. Tia Marty Al-Zahira ( Bekasi )
  39. As Nawi Mangku Alam (Larangan - Tangerang)
  40. Trx Wahana (Solo).
  41. Ade Anita (Jakarta)
  42. Ry Fitri Keehl
  43. Dwi Aprilytanti Handayani (Sidoarjo)
  44. Gugun Taq Gondrong

Tari Bali, Noken, dan TMII Diusulkan Jadi Warisan Budaya Dunia

Sabtu, 30 April 2011

0 komentar
Indonesia kembali mengusulkan tiga unsur budaya untuk masuk dalam nominasi warisan budaya ke Unesco di tahun 2011. Ketiga unsur budaya tersebut adalah Tari Tradisi Bali, noken papua, dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Tari Tradisi Bali dimasukkan dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda (Representative List of Intangible Cultural Heritage). Noken,tas khas hasil kerajinan tangan masyarakat Papua yang biasanya dibawa dengan disangkutkan di kepala, sebagai nominasi dalam Daftar yang Membutuhkan Perlindungan Mendesak (Urgent Safeguarding of Intangible Cultural Heritage). Sedangkan, TMII sebagai nominasi Penciptaan Ruang Budaya untuk Pelindungan, Pengembangan, dan Pendidikan Warisan Budaya (Best Practices of Intangible Cultural Heritage).

Noken dipilih karena ada kekhawatiran kalau kerajinan tangan ini segera punah. "Saat ini sudah tidak banyak orang yang bisa membuat Noken. Bahkan, di kota-kota besar di Papua jarang yang menjual Noken," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik pada saat penandatanganan berkas nominasi warisan budaya, Senin (28/3).

Beberapa tahun lalu Kemenbudpar sudah mendaftarkan beberapa budaya dan beberapa, seperti wayang, batik, keris, angklung, sudah diakui sebagai warisan budaya. "Setelah diakui kita tanggung jawab untuk lestarikan. Kalau hilang, bisa-bisa dicabut oleh Unesco," kata Jero.

Jero juga menuturkan tidak semua budaya bisa didaftarkan. Pendaftaran dilakukan bertahap. Ia menyebut masalah biaya sebagai kendala. "Harus mengeluarkan ratusan miliar rupiah untuk daftarkan semua budaya. Lagipula, Unesco juga membatasi pendaftaran setiap negara," jelas Jero.

Menteri juga menyebutkan pentingnya dokumentasi budaya. Katanya, dokumen itulah yang akan diteliti Unesco sebagai bukti kalau suatu budaya betul berasal dari daerah yang diklaimkan.

Dengan masuknya unsur budaya Indonesia ke Unesco, menurut Jero, akan memberikan beberapa fungsi, seperti pengakuan dunia akan budaya Indonesia serta pengingatan kembali bagi diri sendiri untuk pelestarian. Dari segi pariwisata, unsur budaya yang masuk Best Practices tentu akan dipromosikan oleh Unesco ke seluruh dunia. (Ni Luh Made Pertiwi F.)
Sumber:http://nationalgeographic.co.id/


Saat ini mata budaya Indonesia yang telah menerima inskripsi dari Unesco yakni wayang (2003), keris (2005), batik (2009), dan angklung (2010).

Berita kawan Pramuka kita

Rabu, 20 April 2011

1 komentar

Malam tadi, sebagai anggota Gerakan Pramuka saya merasa terharu saat menyaksikan berita ditelevisi tentang kegiatan Perkemahan Pramuka yang pesertanya terdiri para kawan-kawan narapida dari berbagai lembaga pemasyarakatan Se-Jawa dan Bali. Ini merupakan hal menarik dan sarat manfaat. Sangat wajar jika kegiatan ini tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).

Berikut ini beberapa cuplikan berita yang saya copy paste dari hasil googling pagi ini.


225 Narapidana Ikut Jambore Pramuka Di Cibubur

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sekitar 225 anak narapidana dari 4 provinsi mengikuti Jambore Raimuna Pemasyarakatan di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur. Acara jambore narapidana anak dan remaja ini dilaksanakan sampai Kamis mendatang. "Ini pertama kali dilaksanakan," ujar Arief Dwi Meiwanto, Kepala Humas Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Ham di Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (12/4). Lebih lengkapnya Klik disini.

150 Napi Ikuti Raimuna Pemasyarakatan 2011

Sepintas memang tak ada yang berbeda dari peserta upacara pembukaan Raimuna Pemasyarakatan 2011 yang digelar di Bumi Perkemahan Cibubur pada Selasa (12/4). Dengan berbaris rapi dan mengenakan seragam pramuka lengkap, para peserta perkemahan ini terlihat khusyuk mendengarkan hymne pramuka. Namun, siapa sangka jika setengah peserta yang berdiri di tengah lapangan dan mengikuti kegiatan perkemahan dalam lingkup area Jawa dan Bali ini adalah para narapidana (napi). Kegiatan perkemahan yang mengikutsertakan 150 napi dari berbagai ... Klik disini untuk membaca.

Sebagai anggota Gerakan Pramuka yang masih butuh banyak belajar. Saya sedikit agak bingung dengan berita dibeberapa media online yang saya baca.

Pertama, Berita di Media Tempo berjudul "225 Narapidana Ikut Jambore Pramuka Di Cibubur" sedangkan Website Kantor  Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta menulis "150 Napi Ikuti Raimuna Pemasyarakatan 2011". Saya juga tidak tahu mana sumber yang benar? Sesungguhnya Jambore dan Raimuna itu berbeda.

Kedua, Selain kedua media online yang saya sebutkan diatas juga ada beberapa media lain blog pribadi yang memuat berita serupa. Kenapa sih? Kata Narapidana (NAPI) bagitu ditonjol-tonjolkan. Apakah ini untuk menarik minat pembaca atau kegitan seperti ini terdengar aneh.
Sebenarnya didalam Gerakan Pramuka itu tidak mengenal perbedaan latar belakang atau status sosial. Miskin atau kaya, putih atau hitam, cantik atau jelek kita semua sama warga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal seperti ini merupakan langkah tepat sebagai upaya meningkatkan kualitas generasi muda Indonesia. Narapida, apakah karena kalimat itu kita lantas memvonis mereka adalah anak-anak jahat? Mereka harus menjalani masa tahan atas kesalahan yang mereka lakukan tapi mereka juga manusia yang mempunyai hati dan perasaan serta mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi lebih baik.

Ketiga, mengenai garis polisi yang pasang untuk membatasi ruang gerak para para peserta agar tidak kabur itu hanya menandakan belum maksimalnya penerapan dan pemahaman tentang  Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka. Jika mereka telah benar-benar memahami serta mengamalkan Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka pastilah mereka tidak akan kabur.

Selamat buat kawan-kawan semua yang telah mengikuti kegiatan ini, teruslah tempa dan persiapkan diri kalian untuk kembali ke masyarakat. Ibu Pertiwi akan senantiasa menerima kalian sebagai insan-insan muda untuk turut membangun Bangsa dan Negera Indonesia tercinta.

Ni Wayan Mertayani: Gadis Pemulung dari Bali, Menang Lomba Foto Internasional Museum Anne Frank

Sabtu, 02 April 2011

5 komentar
Googling pagi ini membuatku terdiam sejenak, berpikir sambil menarik napas dalam, Ni Wayan Mertayani. Sebagian orang sudah pasti tahu hal ini tapi aku juga yakin masih ada yang belum mengetahui siapa Ni Wayan Mertayani, berikut ini saya copy paste dari beberapa website berikut ini.

Ni Wayan Mertayani: Gadis Pemulung dari Bali, Menang Lomba Foto Internasional Museum Anne Frank 
Alur hidup Mertayani bisa dikatakan hampir mirip Anne Frank. Sama-sama hidup dalam tekanan, tapi penuh harapan dan cita-cita. Dan, ternyata Mertayani pun mengagumi Anne Frank setelah membaca bukunya yang sesungguhnya sebuah diary.
Ada kemiripan hidup antara Mertayani dan Anne Frank. Sama-sama ditekan dalam sebuah kondisi yang begitu menyulitkan. Bedanya, Anne yang keturunan Yahudi besar di bawah tekanan tentara Nazi pada masa itu, sementara Mertayani besar di bawah tekanan ekonomi.
Kondisi ekonomi yang sangat sulit memaksa Mertayani harus dewasa di usianya yang masih 14 tahun. Sehari-harinya, Mertayani membantu ibunya berjualan asongan di pinggir pantai selain menjalani tugas belajar sebagai siswi di SMPN 2 Abang. Kadangkala, dia ikut mencari barang rongsokan di tepi pantai.
Mertayani merupakan putri sulung almarhum I Nengah Sangkrib dan Ni Nengah Sirem. Sejak ayahnya meninggal, Mertayani tinggal bersama ibunya Ni Nengah Sirem dan adiknya Ni Made Jati. Sejak itu pula, tiga wanita ini berjuang untuk melanjutkan hidupnya dari hari ke hari dengan berjualan atau mencari barang rongsokan.
Aktivitas ini sama sekali tak pernah terbersit dalam benak Mertayani untuk dilakoni. Namun ketabahan ibunya dalam menjalani itu semua membuat Mertayani cuek terhadap cibiran di sekelilingnya. Dan, siapa menyangka, dari aktivitas mengasong dan mencari barang rongsokan, Mertayani justru kenal dengan para wisatawan. Termasuk Mrs Dolly Amarhoseija yang meminjamkan kamera digital serta mengajarkan Mertayani cara membidikannya.
Mertayani sendiri mengaku kagum dengan sosok Anne Frank. Sosok belia ini penuh dengan harapan dan cita-cita meski kenyataannya hidup dibawah tekanan. “Saya mulai mengaguminya (Anne Frank,Red) sejak membaca buku-bukunya,” kata Mertayani.
Dari bacaan itu juga, Mertayani seperti mendapat sokongan semangat bahwa hidup itu memang harus dijalani. Suka duka harus diarungi tanpa harus menanggalkan cita-cita atau harapan. Soal cita-cita, Mertayani sendiri mengaku hendak menjadi wartawan.
Apa yang dialami Mertayani itu ternyata tak berlebihan. Ibunya, Ni Nengah Sirem menuturkan bagaimana pedihnya membesarkan Mertayani dan adiknya, Ni Made Jati. Saat menerima kenyataan bahwa harus ditinggalkan suaminya, Ni Nengah Sirem harus berjuang seorang diri membesar dua putrinya.
Pernah sekali waktu, saat dirinya mencari rongsokan, Sirem dikerjai. Ceritanya, saat itu dirinya sedang sibuk mencari barang rongsokan di tepi pantai. Kemudian, ada seseorang mengatakan bahwa ada tempat yang banyak terdapat barang rongsokannya. Mendengar itu, Sirem langsung bergegas ke tempat tersebut. Tak dinyana, sesampainya di sana bukannya barang rongsokan yang ditemuinya, melainkan bangkai anjing. “Saya cuma bisa bersabar saja,” kata Sirem saat mendampingi Mertayani.
Meski hidup serbakekurangan, ada satu hal yang selalu diajarkan Sirem kepada dua orang puterinya yakni keikhlasan. Karena itulah rumah Mertayani kerap didatangi para wisatawan. Bahkan, sampai ada yang menginap dan Sirem harus menyediakan makanan dengan memotong beberapa ekor ayam peliharaannya.
”Tempo hari ada tamu cewek-cewek dari Italia. Mereka menginap di sini. Mereka nggak keberatan tidur di atas bale. Karena tempat tidur yang kami punya memang hanya itu saja,” pungkas Sirem.
Dengan prestasi yang diperoleh Mertayani, Sirem kini tambah semangat. Apa yang dia yakini dan lakukan selama ini ternyata tidak sia-sia. Dia pun berharap, anaknya itu bisa mewujudkan apa yang menjadi cita-citanya.
Sumber: http://www.indonesiaberprestasi.web.id/?p=5411

Ni Wayan Mertayani, Ayam dan Mimpi jadi Wartawati
Dengan langkah malu-malu, Ni Wayan Merta-yani, 14 tahun, menemui sejumlah wartawan di Radio Netherlands Training Centre di Hilversum, Belanda, Kamis pekan lalu. Dia hanya mengenakan jumper- jaket tipis bertutup kepala-berwarna abu-abu, kaus oblong, dan sepatu kets. Matanya langsung berbinar melihat para kuli tinta menyingkirkan udara dan angin dingin yang berembus kencang menggigit kulit. Maklum, Wayan amat terobsesi menjadi wartawati.
Buku The Diary of Anne Frank, tentang Annelies Marie FVank alias Anne Frank, menginspirasinya untuk rae-matri cita-cita terse-but Dolly Amarhosoija, turis asal Belanda. adalah orang yang memperkenalkan gadis asal Baniar Biasiantang, Desa Purwakerti. Kecamatan Abang. Karangasem, itu dengan sosok Anne yang menjadi korban Holocaust di Amsterdam, Belanda.
Tak cuma buku, Wayan juga meminjam kamera foto milik Dolly. Dia membuat 15 foto dengan kamera itu. Jepretan terakhirnya adalah sebuah potret pohon ubi karet dengan dahan tanpa daun yang tumbuh di depan rumahnya. Seekor ayam bertengger di salah satu dahan, serta handuk berwarna merah jambu dan baju keseharian yang dijemur di bawahnya.
Tak dinyana, foto sederhana itu memikat 12 fotografer kelas dunia dari World Press Photo yang menjadi juri lomba foto internasional 2009, yang digelar Yayasan Anne Frank di Belanda. Tema lomba yang yang diikuti 200 peserta itu adalah “Apa Harapan Terbesarmu?” Wayan menjelaskan, ayam itu simbolisasi diri dan kehidupannya. “Ayam itu kalau panas kepanasan, hujan kehujanan. Sama seperti saya,” ujarnya.
Sulung dari dua bersaudara ini memang berasal dari keluarga miskin. Ibunya, I Nengah Kirem, 52 tahun, sudah bertahun menderita ginjal dan harus bekerja serabutan. Ayah Wayan telah meninggal. Mereka tinggal di gubuk berdinding bilik bambu dengan satu kamar tidur.
Untuk menopang kehidupan, tiap sore hingga gelap menyergap, pelajar kelas HI SMP Negeri 2 Abang, Karangasem, itu berjualan kue jajanan di Pantai Kadang. Jika dagangannya laku, dia bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 50 ribu. Tapi lebih sering dia rugi karena banyak yang tidak bayar. “Atau kalau tak habis saya makan sendiri, jadi ya rugi,” ujar Wayan tersipu.
Dia mengaku punya puluhan ayam dan bebek serta beberapa ekor kambing. Ayam-ayamnya pun dibiarkan berkeliaran tak dikandangkan. Terkadang Wayan harus menyabit rumput untuk memberi makan kambingnya sebelum berjualan. Namun, di sela kehidupan keras yang dilaluinya, Wayan biasa meluangkan waktu dengan membaca di perpustakaan milik Marie Johana Fardan, tetangganya yang warga Belanda pemilik vila Sinar Cinta di Pantai Amed.
“Sudah dua tahun dia menjadi langganan tetap perpustakaan. Dia menyukai buku Anne Frank itu,” ujar Marie, yang mengantar Wayan dan adiknya, Ni Nengah Jati, terbang ke Belanda.
Negeri Kincir Angin menjadi tempat pertama Wayan mengenal dunia di luar Bali Wayan mengaku .senang bisa menjejakkan kaki di Belanda, yang menurut dia bersih, ramai, meski cuacanya kurang bersahabat. “Senang tapi makanannya tidak enak, mentah-mentah. Lebih enak jajanan saya,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Dari Yayasan Anne Frank, Wayan menerima hadiah berupa kamera saku dan sebuah komputer jinjing dari Radio Netherlands Wereldomroep. Rencananya, jika Yayasan Anne Frank mengadakan acara di Bali, dia akan diundang untuk memamerkan foto-fotonya. Radio Netherlands juga menawarkan tempat untuk Wayan mengirim cerita pendek atau tulisan-tulisannya untuk disiarkan.
Wayan berharap bisa menyelesaikan sekolah dan mewujudkan cita-citanya menjadi jumalis. Sepulangnya dari Belanda, ia mendapat kabar gembira berupa kelulusannya dari ujian nasional. “Saya ingin membahagiakan ibu saya,” ujarnya sendu. Matanya bulat menerawang. Dia sangat sadar kemiskinan mengancam kelanjutan pendidikannya. “Anne Frank lebih susah hidupnya. Jika dia tak mengeluh, saya juga seharusnya tidak,” ujarnya kemudian.
Sumber: http://bataviase.co.id/node/213068

Akhirnya terbit setelah Tiga Bulan dalam Penantian

Selasa, 22 Februari 2011

0 komentar
          Embun pagi mulai turun, hamparan kabut  tipis tidak mau kalah menyelimuti kota Pekanbaru (khususnya disekitar tempatku) menit demi menit menanti pukul 06:00. Waktunya istirahat setelah duabelas jam bekerja mulai pukul 18:00 semalam. Tidak ada yang istimewa dihari ini, tubuh dan pikiranku sudah sepekat untuk segera menghampiri tempat tidur. Beberapa bulan ini suhu tubuhku selalu naik saat menjelang akhir bulan mungkin karena bertambahnya kesibukan dan tanggung jawab yangharus diselesaikan. Tagihan Listrik, Speddy dan Telepon sudah beres tinggal merekapitulasi dan menyusun laporan bulanan sehingga hari ini aku bisa lebih santai.
         Setelah mandi aku merasa suhu tubuhku meningkat bahkan lebih dari biasanya. Beberapa kali berpindah tempat tetap saja aku tidak tidur nyenyak.
         Siang berakhir, tetap saja tidak ada yang istimewa selain dari porsi makanku yang bertambah (hehe apa hubungannya). Setelah makan aku berkunjung kerumah kedua didunia maya, ada beberapa pesan di inbox dan notif memberitahukan aktifitas rekan-rekan facebooker selama sehari ini. Biasa saja, sekedar say hello atau ledekan yang meminta senyuman.
         Kabar bahagia itu menyapa dalam Tag sebuah catatan.
ALHAMDULILLAH....AKHIRNYA ANTOLOGI KISAH KASIH IBU [IBUKU ADALAH....] TELAH TERBIT
oleh Jazim Naira Chand pada 22 Februari 2011 jam 12:04

         Alhamdulillah Puji Syukur Kepada Allah Swt. Kabar bahagia yang kunantikan sejak tigabulan ini (22 Desember 2010-22 Februari 2011) akhirnya menyapa. Antologi Kisah Kasih Ibu [Ibuku Adalah…] ini merupakan antologi pertamaku. tidak sabar rasanya menunggu buku [salah satu mimpi yang menjadi nyata] itu tiba…


Telah terbit di LeutikaPrio!!!
Judul : Ibuku Adalah.... (Antologi Kisah Kasih Ibu)
Penulis : Jazim Naira Chand, dkk
Tebal : vi + 148 hlm
Harga : Rp 36.000,-
Ibuku Adalah Batas Logikaku
Ibuku Adalah Buku Kehidupan
Ibuku Adalah Perempuan Tertangguh
Ibuku Adalah Cawan Cinta Yang Tak Habis Kureguk
Ibuku Adalah Setiap Tarikan Nafasku
Ibuku Adalah Pembelajar Kehidupan Ulung
Ibuku Adalah... Dia Tak Terdefinisikan !
Buku ini ditulis oleh 37 orang penulis, yang masing-masing menceritakan kisah nyata tentang suka, duka juga nesatapa perjalanan hidup seorang wanita bergelar Ibu, dan wanita itu adalah Ibu kandung mereka sendiri.
Melalui buku ini juga, anda akan diajak untuk memahami dan menghayati tentang bagaimana peran sosok seorang Ibu dalam memperjuangkan kehidupan keluarganya.
37 Penulis itu adalah :
1. Ibuku Adalah Perempuan Tertangguh, Anita Ba’daturohman
2. Ibuku Adalah Batas Logikaku, Mutaminah Sang Penulis
3. Ibuku Adalah Buku Kehidupan, Endang Ssn
4. Ibuku Adalah Sumber Pengampunan, Mytha Nugroho
5. Cawan Cinta Yang Tak Habis Kureguk, Fitri Gita Cinta
6. Ibuku Adalah Surga Bagi Keluarga, Eric Shandy Admadinata
7. Ibuku Adalah Permata Jiwaku, Asni A Sueb Aan
8. Ibuku Adalah Nafas Hidupku, Mieny Angel
9. Ibuku Adalah….She’s My Real Hero, Karin Maulana
10. Selembar Surat Untuk Ibu (Happy Mother Day), Inggar Saputra
11. Bait-Bait Curahan Hati Untuk Ibu, Visya Blue
12. Ibuku Perempuan Yang Kupanggil Mamak, Dwi Endah Septyani
13. Ibuku Adalah Segalanya, Mas Adi
14. Ibuku Adalah Bidadari Surga, Yully Riswati
15. Ibuku Adalah Bintang Hidupku, Vera Yudita
16. Ibuku Adalah Sosok Tangguh Nan Bersahaja, Tri Lego Indah
17. Ibuku Adalah Setiap Tarikan Nafasku, Sanchia Yorftberth
18. Ibuku Adalah Pembagi Cinta, Rossy Meilani
19. Ibuku Adalah... Dia Tak Terdefinisikan, Robin Wijaya
20. Ibuku Adalah Pembelajar Kehidupan Ulung, Phoenix Wibowo
21. Ibu Adalah Segalanya, Nessa Kartika
22. Ibuku Adalah Mamak Super Tangguh, Lin Lanisa Jingga
23. Ibuku Selalu Dihati Dan Dinanti, Kiki Masduki
24. Ibuku Adalah Kunci Surgaku, Hendy Lazuardy Hg
25. Ibu Adalah Super Heroku, Ragil Kuning
26. Ibuku Adalah Pengukir Sejarah Terhebat, Fauziah Harsyah
27. Cukup, Ibuku Adalah Bumi Bagiku, Dyah InsyaAllah Bisa
28. Ibuku Adalah Pelita Hidupku, Deva Del Amor
29. Pencipta Kacang Telur “Ridho”, Mohammad Rasyid Ridho
30. Ibuku Adalah Kerinduan Yang Tak Terbatas, Eros Rosita
31. Ibuku Adalah Bidadariku, Oksa Puko Yuza
32. Ibuku Adalah Segalanya Bagi Hidupku, Fernando
33. Sms Dari Anak-Anak Ibuku, Annas Tupank
34. Ibuku Adalah Irreplaceable Mom, Mega Anindyawati
35. Aku Mencintaimu Lebih dari yang Kutahu, Fiyan Arjun
36. Tentang Cap Jempol Ummi , Dang Aji
37. Senyum Cinta Perempuan Hebat dalam Hidupku, Jazim Naira Chand
***Pesan buku Ibuku Adalah... dengan menginbox Dang Aji Sidik, Jazim Naira Chand atau Leutika Prio. Harga Rp 36.000,- + ongkos kirim.
***Bagi sahabat yang berada di Privinsi Riau dan sekitarnya bisa memesan dengan cara menginbox saya. (dengan harga yang sama). 
Met Order all

Antologi Kisah Kasih Ibu "Ibuku Adalah..." terbit

0 komentar
          Embun pagi mulai turun, hamparan kabut  tipis tidak mau kalah menyelimuti kota Pekanbaru (khususnya disekitar tempatku) menit demi menit menanti pukul 06:00. Waktunya istirahat setelah duabelas jam bekerja mulai pukul 18:00 semalam. Tidak ada yang istimewa dihari ini, tubuh dan pikiranku sudah sepekat untuk segera menghampiri tempat tidur. Beberapa bulan ini suhu tubuhku selalu naik saat menjelang akhir bulan mungkin karena bertambahnya kesibukan dan tanggung jawab yangharus diselesaikan. Tagihan Listrik, Speddy dan Telepon sudah beres tinggal merekapitulasi dan menyusun laporan bulanan sehingga hari ini aku bisa lebih santai.
         Setelah mandi aku merasa suhu tubuhku meningkat bahkan lebih dari biasanya. Beberapa kali berpindah tempat tetap saja aku tidak tidur nyenyak.
         Siang berakhir, tetap saja tidak ada yang istimewa selain dari porsi makanku yang bertambah (hehe apa hubungannya). Setelah makan aku berkunjung kerumah kedua didunia maya, ada beberapa pesan di inbox dan notif memberitahukan aktifitas rekan-rekan facebooker selama sehari ini. Biasa saja, sekedar say hello atau ledekan yang meminta senyuman.
         Kabar bahagia itu menyapa dalam Tag sebuah catatan.
ALHAMDULILLAH....AKHIRNYA ANTOLOGI KISAH KASIH IBU [IBUKU ADALAH....] TELAH TERBIT
oleh Jazim Naira Chand pada 22 Februari 2011 jam 12:04

         Alhamdulillah Puji Syukur Kepada Allah Swt. Kabar bahagia yang kunantikan sejak tigabulan ini (22 Desember 2010-22 Februari 2011) akhirnya menyapa. Antologi Kisah Kasih Ibu [Ibuku Adalah…] ini merupakan antologi pertamaku. tidak sabar rasanya menunggu buku [salah satu mimpi yang menjadi nyata] itu tiba…
Judul : Ibuku Adalah.... (Antologi Kisah Kasih Ibu)
Penulis : Jazim Naira Chand, dkk
Tebal : vi + 148 hlm
Harga : Rp 36.000,-

Buku ini ditulis oleh 37 orang penulis, yang masing-masing menceritakan kisah nyata tentang suka, duka juga nesatapa perjalanan hidup seorang wanita bergelar Ibu, dan wanita itu adalah Ibu kandung mereka sendiri.
Melalui buku ini juga, anda akan diajak untuk memahami dan menghayati tentang bagaimana peran sosok seorang Ibu dalam memperjuangkan kehidupan keluarganya.

37 Penulis itu adalah:
1. Ibuku Adalah Perempuan Tertangguh, Anita Ba’daturohman
2. Ibuku Adalah Batas Logikaku, Mutaminah Sang Penulis
3. Ibuku Adalah Buku Kehidupan, Endang Ssn
4. Ibuku Adalah Sumber Pengampunan, Mytha Nugroho
5. Cawan Cinta Yang Tak Habis Kureguk, Fitri Gita Cinta
6. Ibuku Adalah Surga Bagi Keluarga, Eric Shandy Admadinata
7. Ibuku Adalah Permata Jiwaku, Asni A Sueb Aan
8. Ibuku Adalah Nafas Hidupku, Mieny Angel
9. Ibuku Adalah….She’s My Real Hero, Karin Maulana
10. Selembar Surat Untuk Ibu (Happy Mother Day), Inggar Saputra
11. Bait-Bait Curahan Hati Untuk Ibu, Visya Blue
12. Ibuku Perempuan Yang Kupanggil Mamak, Dwi Endah Septyani
13. Ibuku Adalah Segalanya, Mas Adi
14. Ibuku Adalah Bidadari Surga, Yully Riswati
15. Ibuku Adalah Bintang Hidupku, Vera Yudita
16. Ibuku Adalah Sosok Tangguh Nan Bersahaja, Tri Lego Indah
17. Ibuku Adalah Setiap Tarikan Nafasku, Sanchia Yorftberth
18. Ibuku Adalah Pembagi Cinta, Rossy Meilani
19. Ibuku Adalah... Dia Tak Terdefinisikan, Robin Wijaya
20. Ibuku Adalah Pembelajar Kehidupan Ulung, Phoenix Wibowo
21. Ibu Adalah Segalanya, Nessa Kartika
22. Ibuku Adalah Mamak Super Tangguh, Lin Lanisa Jingga
23. Ibuku Selalu Dihati Dan Dinanti, Kiki Masduki
24. Ibuku Adalah Kunci Surgaku, Hendy Lazuardy Hg
25. Ibu Adalah Super Heroku, Ragil Kuning
26. Ibuku Adalah Pengukir Sejarah Terhebat, Fauziah Harsyah
27. Cukup, Ibuku Adalah Bumi Bagiku, Dyah InsyaAllah Bisa
28. Ibuku Adalah Pelita Hidupku, Deva Del Amor
29. Pencipta Kacang Telur “Ridho”, Mohammad Rasyid Ridho
30. Ibuku Adalah Kerinduan Yang Tak Terbatas, Eros Rosita
31. Ibuku Adalah Bidadariku, Oksa Puko Yuza
32. Ibuku Adalah Segalanya Bagi Hidupku, Fernando
33. Sms Dari Anak-Anak Ibuku, Annas Tupank
34. Ibuku Adalah Irreplaceable Mom, Mega Anindyawati
35. Aku Mencintaimu Lebih dari yang Kutahu, Fiyan Arjun
36. Tentang Cap Jempol Ummi , Dang Aji
37. Senyum Cinta Perempuan Hebat dalam Hidupku, Jazim Naira Chand

Ps: Buku ini sudah bisa dipesan sekarang via inbox Fb Leutika Prio dengan subjek PESAN IBUKU ADALAH. Ongkir untuk wilayah jawa 10rb, untuk luar jawa 15rb. Untuk Pembelian di atas 90rb, GRATIS ONGKIR.

Untuk para sahabat yang berada di Pekanbaru atau Provinsi Riau dan sekitarnya bisa juga memesan secara kolektif melalui saya via inbox facebook atau sms ke 0852 7873 7651. Terimakasih
Met Order all