Tania Gunadi Aktris Asal Indonesia berkarir di Amerika

Selasa, 11 Mei 2010

0 komentar
Tania Gunadi, seorang aktris asal Indonesia memiliki peran di sebuah serial berjudul Aaron Stone, yang di Amerika dtayangkan di saluran Disney XD. Kisah aktris muda ini, Tania Gunadi, sangat luar biasa karena pertama datang ke Amerika bersama orang tuanya yang memenangkan lotere Green Card, dan ketika itu ia sama sekali belum bisa berbicara dalam bahasa Inggris. Kini setelah sukses, Tania tak lupa untuk membantu warga masyarakat yang kurang beruntung di tanah air.
 

Tania Gunadi lahir di Bandung, Jawa Barat, 29 Juli 1983; umur 27 tahun) adalah seorang warga negara Indonesia yang mengawali kariernya sebagai bintang film televisi di Amerika Serikat. Dia adalah bintang di Disney Channel Original Movies Pixel Perfect dan Go Figure . Tania Gunadi juga memiliki penampilan tamu di acara TV termasuk It's Always Sunny in Philadelphia , Boston Public , dan Even Stevens . Saat ini, dia biasa dikenal di serial TV Disney Aaron Stone sebagai Emma. Pada tahun 2009, ia memainkan peran kecil sebagai kadet Starfleet asing dalam film Star Trek disutradarai oleh JJ Abrams.

Filmografi

Tahun Judul Peran Catatan
2001 A Real Job Tanya, Tammy & Tina
2002 Even Stevens Allison Wong 2 episodes: "My Best Friend's Girlfriend"; "Boy on a Rock"
Haunted Anorexic Girl 1 episode: "Seeking Asylum"
2003 Lock Her Room Girl
Nudity Required Voodoo Disco Queen
All About the Andersons Kim 1 episode: "Pilot"
Boston Public Sri Sumarto 3 episodes
2004 Pixel Perfect Cindy TV movie
Eulogy Girl in Dorm Room
2005 Wiener Park Song mi sook TV movies
The Magic of Ordinary Days Florence
Go Figure Mojo
2007 It's Always Sunny in Philadelphia Sun-Li 1 episode: "The Gang Solves the North Korea Situation"
2009 Aaron Stone Emma Lau / Dark Tamara 21 episodes
Spring Breakdown Wheelchair Girl
Bob Funk Connie
Star Trek kadet Starfleet
2010 Unconditionally Jen Completed
Possessions Janice Post Production

Fitrian Dwi Rahayu, peraih Nilau UAN Tertinggi Bersepeda Kesekolah 3KM

Senin, 10 Mei 2010

0 komentar
KEBUMEN – “Semoga menjadi pemimpin, menjadi tokoh atau menjadi diplomat nanti ya karena bahasa Inggrisnya baik,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam percakapan telepon dengan Fitrian Dwi Rahayu, siswi berperstasi dari SMPN 1 Karanganyar, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, yang menorehkan prestasi di tingkat nasional sebagai siswi dengan nilai tertinggi Ujian Nasional (UN) 2010 dengan rata-rata 9,95. Ia menjadi salah satu pelajar berprestasi di tingkat nasional dalam nilai UN yang ditelpon langsung oleh presiden.

Prestasi Rian, nama panggilan anak dari pasangan Cipto Raharjo (51) dan Sukarni Mugi Rahayu (43) tentu sangat membanggakan keluarga, sekolah dan juga daerah. Dari sebuah pelosok di Desa Jatiluhur Rt 4/Rw 1, Kecamatan Karanganyar, sebuah kota kecil di barat Kebumen sebelum Gombong, mampu menorehkan prestasi nasional mengalahkan siswa-siswi peserta UN dari perkotaan, dengan fasilitas yang pasti lebih baik. Ini bisa menjadi inspirasi buat guru, pengelola pendidikan dan stakeholder pendidikan lainnya, kalau perstasi tidak mesti harus ditunjang dengan fasilitas mewah dan super lengkap.


Kebanggaan daerah, dalam hal ini Pemkab Kebumen, ditunjukkan dengan pemberian ‘bonus’ Rp. 2 juta yang diserahkan oleh Bupati Nashiruddin. Plus hadiah Rp. 500 ribu dari sebuah operator seluler. Ya dari Karanganyar, Rian telah melambungkan nama Kebumen ke tingkat nasional dalam pendidikan, sampai Presiden SBY menelepon langsung Rian dan menjadi berita nasional baik cetak maupun elektronik dan tentu saja digital.


Rian suka naik sepeda ke sekolahnya yang berjarak 3 km dari rumahnya. Sebuah sepeda mini warna biru tua dengan cat yang sudah kelihatan kusam. Kegemarannya membaca rupanya yang menjadikan dia berprestasi. Di rumahnya, ruang tamu berfungsi sekaligus sebagai perspustakaan umum “Gemati” Kelurahan Jatilihur, dimana orang tua Rian menjadi pengelolalanya. Rian juga membantu orang tuanya ini melayani peminjaman dan pengembalian buku di perpustakaan desa yang mengoleksi sekitar 3000 buku itu, yang berdiri sejak 26 Februari 1996 itu.


“Keakraban’ dengan buku inilah yang menjadi salah satu ‘kiat’ yang menjadikan dia mendapat nilai Bahasa Indonesia 10, IPA 10, Matematika 10, dan Bahasa Inggeris 9,8. Nilai yang nyaris sempurna, bahkan bisa dikatakan sempurna, mengingat Bahasa Inggeris adalah bahasa asing.


Rian yang lahir pada 26 Pebruari 1996 di sela membantu ‘menjaga’ perpustakaan untuk melayani pengunjung tentu saja menyempatkan membaca koleksi buku di situ. Ia tidak memilih-milih buku yang dibacanya. Novel pun dia suka, termasuk trilogy Laskar Pelangi yang telah tuntas dibacanya. Mungkin saja inspirasi dari Laskar Pelangi telah merasuk dalam kesadarannya, untuk meraih prestasi yang tinggi.


Tapi Rian juga bukan siswi bertipe kutubuku, yang menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar. Alokasi waktu untuk bermain tetaplah ada. Bisa dibilang Rian tetaplah remaja putri yang ikut trend, misalnya ia suka bermain HP, ikut jejaring sosial facebook, dan juga bermain gitar.


Yang menarik, Rian menurut penuturan ayahnya lebih suka belajar di pagi hari. Ia sering minta dibangunkan pukul 04.00 dini hari. Sebuah pilihan waktu belajar yang pas, dimana suasana pagi masih hening, dan pikiran masih fresh karena telah beristirahat tidur.


Rian pun selain belajar, juga masih suka membantu orang tuanya mencuci piring, membersihkan rumah atau menyiram bunga di halaman. Berapa uang sakunya? Rp 2 ribu per hari.